Akhirnya,saya menginjak Bali

Hello.... :),senang rasanya ngeblog lagi,ternyata udah setahun lebih gak mengisi blog.
Tepatnya sejak kerajingan FB yang semakin menggila itu... (CPD).Hihi.
Omong-omong,awal tahun ini merupakan awal yang buruk untuk karir pekerjaan saya(yah..seperti biasanya..),belum lagi akumulasi dari awal tahun sebelumnya.Yak!Saya sampai malas kalau harus mengingat cerita itu lagi.Jadi di tengah kegalauan dan kemalasan di pekerjaan yang memuncak.. saat ada tawaran dari keluarga untuk menghabiskan weekend di tempat yang tidak pernah saya bayangkan,saya terima saja tanpa harus berpikir harus mengumpulkan uang darimana(ini sih contoh,kalau senewen sudah memuncak,akal sehat jarang dipakai).
Saya mau ikut,apalagi setelah mendengar mau ke Bali.Wih,gak pernah kebayang di kepala,secara tiket pesawat gak mungkin murah.Dan benar saja,secara yang booking tiket itu adik saya,jadilah tiketnya sedikit tidak murah..(Tiket medan jakarta 850 rb,jakarta bali kalo gak salah sekitar 500 atau 700 ribu-an.Jadi tiket pp medan- jakarta- bali- jakarta- medan kira-kira rp 3.700.000,-).Saya berangkat bersama mami,adik,kakak dan keponakan saya yang masih 4 tahun.
Kita berangkat dari Medan jam 9 pagi.Saya cabut dari kantor dengan alasan izin ada urusan keluarga,padahal saya lagi bad mood sekali di kantor.Sampe di Jakarta jam 12 siang,makan di bandara Soetta,terus langsung lanjut ke Bali.
Tips makan di bandara: jangan tertipu dengan menu nasi campur dan tawaran dari waiter tentang pilihan lauk, coz its veeerrry not cheap!. Nasi dan telur sambal cukup lumayan mengenyangkan perut
Oh,btw tips:kalau banyak membawa tas dan ingin diangkat oleh porter di bandara,pastikan anda menawar harga terlebih dahulu,jangan sampai seperti kami,yang dikarenakan barang-barang yang dibawa porter tidak boleh masuk lewat pintu dalam
,Porter harus memutar dari luar,sehingga saat masuk dan check in barang,jasa mengangkat barang kami diberi harga 70 ribu (menyebalkan,secara sebenarnya barang itu bisa kami angkat sendiri).

Kami sampai di Bali sekitar jam setengah lima wita (waktu Bali).
Bandara Ngurah Rai,menurut saya termasuk kecil untuk ukuran internasional. Jika dibandingkan dengan bandara Polonia di Medan ira-kira besarnya hampir sama. Bahkan sepertinya Bandara international di Bali ini lebih kecil.
Secara ini Bandara tujuan favorit liburan se-dunia. Tapi, okelah, mungkin yang penting kenyamanannya, daripada hanya sekedar luas. Saya jadi ingat KLIA (Kuala Lumpur International Airport), yang buessar...sekali, mungkin saya bisa nyasar kalau sendiri.Hehe.

Dijemput sama supir kenalan adik saya (duhhh, adik saya diberkahi banget sih hidupnya....you are so lucky sis!.Namanya Made. Gayanya lumayan necis, hanya saja kok sepertinya gara-gara gaya necisnya itu dia jadi agak sok-sok gitu (ini pikiran saya saja).Membantu mengangkat barang-barang kita saja sepertinya agak gimana gitu. Di mobil juga dia cenderung pendiam. Maksud saya sih, seharusnya kan minimal dia memperkenalkan macam apa Bali itu, tanpa harus kita tanya-tanya lagi.Ini nggak, udah kita tanyain aja dia masih malas-malas gitu jawabnya. Nyebelin banget!!!
Ternyata, setelah kita ganti supir (yup, oleh adik saya supirnya diganti karena membuat kita tidak nyaman dan tidak ramah), kita, terutama saya baru tahu kalo menurut strata di Bali sana, Made itu adalah urutan tertinggi dalam kasta Hindu-Bali. Mungkin ini juga yang membuat dia enggan terlalu banyak bicara dengan kita yang ceplas-ceplos (mungkin loh!).Walaupun sebenarnya Made ini mungkin cuma pendiam saja.

Kita nginap di Hotel All Season. Tarifnya lumayan (kebetulan saya tidak tahu persis, kan dibayarin...hihihi). Hotelnya termasuk nyaman, ada pool,terus terang ini gak bisa dijadikan rekomen seandainya kita low-budget.Tapi kalau mencari kenyamanan, recomended
sekali.
Tersedia sarapan,komplit, bisa milih.Kamarnya juga nyaman. Tapi sayangnya tidak ada lift. Jadi untuk ukuran orang Indonesia yang ingin liburan tanpa capek, agak beratlah. Harus naik tangga dulu. Hotel ini lebih mirip apartemen dengan semua pemandangan kamar menghadap kolam berenang. Jadi menurut saya sih, naik tangga ke lantai 2 atau 3 pemandangannya cukup worth itlah....
Bukan pergi ke Bali kalau tidak menikmati pantainya.
Saya suka pantai-pantai di Bali.Kenapa? Garis pantainya panjang, lebar...pasirnya sih bukan pasir putih tapi pantainya mengagumkan. Langitnya biru...aslli, keren.








"ini pantai Kuta"





Pantai yang wajib dikunjungi kalau ke Bali.Selain sight seeing, bagi yang mau berenang atau berselancar, silahkan. Banyak tersedia papan selancar untuk disewakan disini.



Soal harga, sayangnya tidak sempat saya tanya, karena saya bepergian dengan perempuan-perempuan duta belanja.Hahahaha....Tapi kalau saya rasa, berapapun harganya pasti bisa ditawar.Buat yang narsis, pantai ini keren buat foto-an asal ambillah foto dari sudut pandang yang berbeda. Foto-foto tersebut bakal jadi keren.






Ini beberapa foto yang saya ambil, saya sih tidak bilang keren juga. Tapi saya suka..
























Bali yang paling unik itu adalah budayanya.
Kenapa saya bilang begitu?
Setiap sudut di Bali, adalah unik karena setiap sudut di Bali itu selalu ada tradisi mereka. Sekurang-kurangnya yang namanya sesajen berupa bunga, dupa dan teman-temannya pasti ada dimanapun.Termasuk di supermarket yang menjamur di seantero Indonesia, Indomaret.

Unik, karena bahkan ditengah kemoderenan zaman, tradisi Hindu berupa sesajen untuk Dewa-Dewi tetap bertahan. Saya sampai takut-takut akibat buruk yang terjadi jika tidak sengaja menginjak sesajen yang diletakkan di lantai teras toko-toko mereka.
Hampir di setiap sudut rumah, ada patung persembahan sebagai penyambung doa bagi Dewa. Menariknya, sesajen ini bukan hanya di rumah-rumah tapi juga di pantai. Bisa dibayangkan, di pantai,ketika semua yang datang (turis-turis bule) hanya memakai baju renang,orang Bali tetap berdoa, memberikan sesajen kepada Dewa. Unik!


Salah satu tujuan lain yang wajib didatangi saat di Bali, pasar seni Sukawati.
Jaraknya sih kalau saya bilang lumayan jauh dari Denpasar...kita waktu itu saja naik mobil kurang lebih memakan waktu perjalanan sekitar setengah jam.
Pemandangan yang disuguhkan selama perjalanan..sawah(trasering seperti yang ada di video klip Glenn), dan ukiran-ukiran.Uniknya yang diukir itu bukan sekedar kayu tapi batu-batu dengan ukuran yang luar biasa besar. Bongkahan batu, tepatnya.Masyarakat Bali memang terkenal dengan kerajinan dan hasil seninya yang luar biasa. Ini terlihat dari pekerjaan masyarakatnya yang kalau saya bilang cenderung seperti seniman. Di setiap rumah penduduk, tidak ada yang namanya pagar besi, tapi gapura dengan ukiran yang indah. Ada patung tempat sembahyang. Selain itu, masyarakat Bali juga bekerja sebagai pemahat, pengukir, pengrajin perak. Ada lokalisasi khusus untuk tempat-tempat ini. Artinya ada kampung yang sepanjang jalan semua rumah merupakan toko perak yang bernilai jual lumayan tinggi. Semua ada pamflet namanya.

Kembali ke Pasar Seni Sukawati.
Pasar Seni Sukawati, seperti halnya pasar-pasar pada umumnya merupakan pasar, tempat transaksi perdagangan terjadi. Sama saja dengan hampir semua pasar di Indonesia. Bedanya hanyalah disini, pasar seni benar-benar pasar yang memperjualbelikan seni Bali itu sendiri. Ini alasannya:
- di dalam pasar Sukawati, ada satu tempat yang sepertinya menjual alat kesenian Bali. Ini saya katakan, karena saat sedang berbelanja, ada bunyi-bunyi gong yang berbunyi di salah satu sudut pasar.
- Alasan lain, barang-barang yang dijual disini benar-benar benda seni. Seperti lukisan,sarung Bali,box-box yang cantik berukir sempurna,alat sembahyang maupun perlengkapan perkawinan khas Bali. Saya suka dengan salah satu hiasannya (kalung perak ada hiasan ular, tapi mahal sekali...)
-Semua ada dijual disini : baju-baju khas kain Bali yang dingin, disesuaikan dengan cuaca Bali yang panas,dompet-dompet,tas, kaos dengan tulisan Bali sampai hal unik seperti ini.









-Termasuk salah satu sudut di pasar ini, yang digunakan sebagai tempat sembahyang.Menurut Pak Kadek, sembahyang di Bali itu, satu hari cuma sekali. Waktunya terserah, bisa pagi, siang atau sore. Namun di pasar, saya lihat banyak yang mkelaksankan sembahyang saat siang. Mungkin inilah saat paling luang bagi mereka yang berdagang di pasar.



Satu hal yang perlu saya jelaskan, bahwa pasar seni Sukawati sama seperti pasar pada umumnya, panas. Apalagi jika kita berada didalam pasar di lantai 2, ampunnn....keringat tidak berhenti mengalir. Selain tempatnya yang menurut saya sempit, orang yang datang pun banyak. Tidak banyak jarak antara kios satu dengan kios depannya. Dan hukum tawar-menawar tetap berlaku disini. Cobalah tawar sebisa anda, namun perlu diingatkan, harga disini tidaklah terlalu mahal.
End of Bali part I

Comments

Popular posts from this blog

Air mancur Bukopin,Alternatif hiburan di Medan

Batam versus Tanjung Pinang,Mau Kemanakah Anda?

Kreatifitas Hampir Mati